Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2018

Perasaan Tidak Berdosa

Jangan pernah merasa bahwa diri kita suci, merasa diri mulia, merasa diri paling agung, merasa diri paling benar, merasa diri paling hebat, dan merasa diri penuh dengan kelebihan. Jangan pernah menganggap bahwa diri kita tidak punya salah sama sekali. Terlebih, jangan pernah menganggap diri kita tidak punya dosa terhadap Allah dan sesama manusia. Sebab 'perasaan tidak berdosa' itu adalah dosa. Sebagai seorang mukmin kita di tuntun dalam ibadah yang sangat agung yaitu sholat, misalnya. Dzikir yang di tuntun pertama seusai sholat adalah istighfar. Bahkan dalam ibadah pun juga perlu di istighfari. Ini merupakan salah satu upaya agar kita tidak merasa diri ini paling suci dan paling benar. Agar kita tidak merasa bangga dengan segala ibadah kita. Apalagi ibadah yang lain, terutama ucapan kita yang terkadang sering menyalahkan orang lain. Menganggap orang lain buruk dan salah. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan ibadah kita sedikitpun. Oleh sebab itu jang

Menjaga Izzah dan 'Iffah

Rasa malu itu ibarat mahkota bagi para muslimah. Muslimah yang memiliki rasa malu cenderung lebih mampu menjaga izzah dan 'iffahnya. Tentang rasa malu ini, para muslimah perlu belajar banyak dari Maryam & Fatimah. Maryam pernah diuji dengan penampakan malaikat Jibril yang tampan lagi gagah, hingga dalam Al Qur'an dikiaskan sebagai “ manusia yang sempurna ” saking mempesonanya (lihat QS. Maryam ayat 17). Sedangkan Fatimah, pernah diuji dengan perasaan cintanya kepada Ali yang tumbuh sebelum waktunya. Bagaimana Maryam dan Fatimah menyikapi ujian yang Allah datangkan tersebut ?  Apakah ujian itu kemudian membuat Maryam dan Fatimah jadi baperan ? Nope , jawabannya tentu saja tidak.  Lantas apa yang dilakukan Maryam? Maryam kala itu, memilih untuk bersikap elegan. Ditundukkannya pandangan dengan penuh rasa malu sekaligus takut kepada Allah. Lalu Maryam mengumpulkan segenap keberaniannya dan dengan tegas berkata: “Sungguh aku berlindung kepada Allah yang

Sementara

Pagi ini langit bergemuruh  Kabut hitam di langit mulai mericuh  Tetes demi tetesnya berjatuhan  Sembari lega, begitu saja ia pergi meninggalkan  Perihal aroma hujan  Ia sejuk, menenangkan  Petrichor mereka beri nama  Sayangnya, hanya sementara ia menjelma  Tentang senja setelah hujan  Dusta jika mereka tak tertawan  Warna jingga berbaur merah  Ia sementara, namun bagaimana bisa ia begitu indah?  Akupun tertawan Tertawan rindu, pun nostalgia allahumma shoyyiban naafi'an

Waktu dan Prioritas

Beberapa waktu belakangan ini saya sedang menghadapi hari-hari yang Alhamdulillah padat. Di satu sisi saya merasa senang dengan ke-hectic-an ini, namun di sisi lain saya juga merasa kewalahan. Senang, karena dengan semua kesibukan ini, saya dapat sedikit teralihkan dari memikirkan hal-hal negatif, tentang sudah menjadi pribadi yang bermanfaatkah saya? Kapan saya dapat membahagiakan keluarga saya, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang rasa-rasanya belum juga berujung sebuah jawaban. (loh malah curhat :p) Sedih karena seringkali saya belum dapat memanage waktu saya dengan baik. Sehingga kadang ketika berhadapan dengan banyak deadline saya masih merasa keteteran bahkan kondisi badan malah drop. Akhirnya tidak maksimal disana sini. Rasa-rasanya waktu 24 jam sehari itu kurang sekali. Waktu rasanya cepat sekali bergulir. Padahal katanya kalau sampai kita merasa bahwa hari terasa cepat sekali berlalu artinya kita terlalu menikmati dunia kan. astaghfirullahal 'adzim :(