Skip to main content

Social Media Zaman Now (2)


Social Media Zaman Now (2)

Siang tadi saya berteleponan dengan salah seorang teman lama saya, kami saling kenal dekat sejak awal-awal hijrah dulu. Dia sosok yang asyik bagi saya karena walaupun paham benar tentang agama, tidak pernah sedikitpun dia menjudge orang lain yang belum baik itu salah, dia juga bukan tipe orang yang suka pilih-pilih dalam berteman. Caranya menasihatinya juga sangat baik, kami selalu saling berbagi kisah dan pada akhirnya saling mengingatkan. Selalu ada hal baik yang saya dapat, ilmu yang baru, motivasi baru, dan semangat baru untuk terus belajar mendalami agama.

Kami berbagi sedikit kisah yang kami rasakan tentang, Social Media. 
What? Socmed lagi, mi ? Iya, bahas ini lagi, maafkeunla  --" 

Dirasakan atau tidak tapi kami cukup merasakannya. Memang benar socmed punya dua sisi, sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya ya.. tentu silaturahim akan terus terjaga karena kita bisa tetap intens berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Kita juga jadi tau bagaimana kabar mereka, dan banyak hal positif lainnya. Sedangkan sisi negatif yang kami rasakan adalah salah satu fitur update status socmed. Walaupun tidak sepenuhnya fitur ini negatif 100%, tapi yang dirasakan negatif karena semakin hari kami merasa bahwa fitur tersebut mulai lebih mengarah ke arah ajang show off. Well, walaupun niat itu adanya dalam hati, kita tidak pernah tau apa yang seseorang itu pikirkan saat berbagi momen dengan friend list dalam timelinenya tersebut. Entah itu niat pamer, entah berbagi kebahagiaan/kesedihan, entah cari perhatian, entah apalah, hanya dia dan Allah saja yang tau.


Jujur saya pernah merasakan dikala melihat orang lain posting tentang sesuatu yang hebat mashaa Allah luar biasa, misal punya karir dan pendidikan yang OK sampai ke luar negeri, ada rasa terbesit dalam hati “kok saya tidak seperti itu ya?” atau “how lucky they are” padahal yah.. kita tidak pernah tau apa yang sudah mereka lalui untuk mencapai semuanya.

Saat posting tentang pasangan misalnya, pernahkah terpikirkan perasaan teman kita yang belum dipertemukan dengan pasangannya? Atau saat posting tentang anak, apakah pernah terpikirkan perasaan teman kita yang begitu berharap akan hadirnya buah hati dalam rumah tangganya? Padahal mungkin sudah beragam ikhtiar mereka upayakan, namun apa daya, itu semua murni hak prerogratif Allah. Dan masih banyak hal lainnya yang sebenarnya perlu kita renungi.

Makanya akhir-akhir ini saya mulai menge-rem diri saya sendiri untuk tidak terlalu sesumbar di socmed, tujuan saya agar dapat menjaga perasaan teman-teman lain yang mungkin tidak memiliki apa yang saya miliki (lagian apalah saya ini, ndak punya apa2 juga --"). Entah itu dalam hal kebahagiaan ataupun hal lainnya. Kecuali niatnya sharing ilmu yang sifatnya saling mengingatkan atau mungkin sekedar informasi yang bermanfaat. Bukankah amalan yang tidak pernah putus adalah ilmu yang bermanfaat ? Tapi ingat, luruskan niat selalu yaa :')

Dan ya, di satu sisi kadang saya ingin menghapus socmed, tapi di sisi lainnya saya pun merasakan pentingnya socmed. Kalo kadar keimanan sedang turun nih memang kadang hal tersebut bisa membuat jadi kotor hati. Pernah? huh..pernah. Saya sadar saya hanya manusia biasa yang dianugerahi segala macam bentuk rasa. Memang pada akhirnya itu semua kembali pada diri kita sendiri. Mungkin ini bentuk latihan pengendalian diri terutama hati, dari kotor hati saat melihat apapun yang disharing oleh teman-teman kita.

Semoga kita bisa semakin bijak dalam menggunakan social media dan semoga bisa menjadikannya lebih bermanfaat tidak hanya untuk urusan dunia tapi juga untuk di akhirat kelak. Inshaa Allah.

Semoga istiqomah menjaga hati, ya! :)

Wallahu a'lam bishowab.

Comments