Skip to main content

Adab Berpakaian dalam Islam

Agama Islam adalah agama sempurna. Segala hal telah diatur sedemikian rupa. Dari hal besar sampai hal kecil. Dari hal penting sampai hal sepele. Dari bersujud kepada Allah, sampai dengan cara beristinja' sesuai kaidah islam. Coba pelajari, agama mana yang mau masuk kamar mandi saja ada aturannya. Agama mana yang sekadar urusan bersin saja, ada aturannya. Coba cari di agama lain. Adakah aturan-aturan mendetail seperti ini? Karena sejauh yang saya tahu, tidak ada. 

Makanya pernah ada ungkapan seorang non muslim, "Jangan mencampurkan agama dengan politik", simply karena dalam agama dia, banyak hal tidak ada landasan hukumnya. Aturannya sederhana, berbuat baik, ibadah, selesai. Tidak dirincikan berbuat baik itu seperti apa, tidak dirincikan ibadah itu seperti apa.

Agama Islam memang agama yang sempurna. Segala hal diatur. Menjadi orang tua, menjadi anak, menjadi suami/istri, bertetangga, bersaudara, berkeluarga, berdagang, bepergian, berbisinis, berpolitik, dsb. Itulah kenapa disebut sempurna, karena memang lengkap aturan dan kaidahnya di setiap lini kehidupan manusia.


Termasuk dalam hal berpakaian. Agama kita juga mengatur cara kita berpakaian. Bagaimana berpakaian yang baik. Pakaian apa yang boleh digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti haji atau sesederhana ketika shalat, pakaian apa yang boleh digunakan secara umum, batasan-batasan aurat, dsb.

Untuk perempuan, tentu sudah banyak yang bahas. Aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Selain daripada itu, maka wajib mengulurkan khimar(kerudung) & jilbab (gamis) yang tidak ketat. Diulurkan, bukan dililit-lilit ya :) Tidak ketat, artinya tidak membentuk lekuk tubuh atau menonjolkan bagian tubuh tertentu. Pun tidak transaparan. Kalau pake putih, maka hanya putih yg terlihat, tidak ada samar-samar pink, samar-samar biru, dst. Harus kain tebal, atau kalau tipis maka dilapisi, biar tidak tembus pandang. 

Ah iya, jangan lupa kaidah lainnya, yaitu kepala yang menyerupai punuk unta, tidak berlenggak-lenggok ketika berjalan, dan tidak memakai parfum yg menyengat. Karena berdosa jika seorang wanita lewat, lantas tercium wangi parfumnya oleh laki-laki. Juga jangan mempamerkan diri, ikut kontes jilbab dsbnya. Karena itu bertentangan dengan kaidah jilbab yang harusnya menutupi, melindungi, menyembunyikan, kok malah dipamerkan? Nggak nyambung lah :D

Untuk laki-laki, banyak yang menganggap sepele, tetapi sebenarnya tidak begitu. Yang saya tahu, aturannya memang sederhana. Auratnya dari pusar hingga lutut. Inilah yang wajib ditutupi. Dada masih boleh kelihatan. Jadi kalau yg merasa sudah baligh, yaa antum wajiblah kemana-mana pake pakaian yang menutup aurat, jangan pake celana pendek. Mulai biasakan pake celana panjang. Kalaupun memang mau pake celana pendek, maka pakailah celana pendek yang kainnya minimal tetap melewati lutut ketika antum duduk/jongkok. 
Dan satu hal lagi, kain tidak boleh melewati mata kaki. Dalam riwayat ada seseorang sedang shalat, mata kakinya tertutup, lalu Nabi menyuruhnya mengulang wudhu sampai 2 kali. Dan menutup mata kaki ancamannya tidak main-main, 'Kain yang berada di bawah mata kaki, berada di Neraka' (Bukhari 5787). Lantas Bagaimana kalau pake kaos kaki atau sepatu boot yg menutup mata kaki? Boleh, karena yg dilarang adalah kain yg menjulur dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.

Seiring berkembangnya zaman, ada sebagian ulama' berpendapat bahwa tidak mengapa kain melewati mata kaki, asalkan tidak sombong. Dengan bersandar kepada riwayat kala Abu Bakar bertanya kepada Rasul, apakah ia termasuk orang yang tidak akan dilihat oleh Allah di hari akhir karena berpakaian isbal (kain melewati mata kaki), maka Rasul memberikan kabar gembira, bahwa Abu Bakar tidak termasuk, karena beliau tidak sombong.

Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam riwayat, Abu Bakar menyebut "terkadang celanaku melorot kecuali jika aku menjaganya". Maka yang mesti dititik beratkan adalah Abu Bakar celananya melorot, ia sudah berusaha untuk tidak isbal, bukan disengaja mengulurkan kain kebawah mata kaki. Dan Abu Bakar bilang ‘kecuali jika aku menjaganya’, maka dapat ditarik satu buah kesimpulan, Abu Bakar tidak isbal kecuali jika celananya melorot & ia tidak sempat menjaganya.

Lebih lanjut, Abu Bakar itu adalah sahabat Nabi yg mulia, dijamin surga. Maka berhentilah menyamakan diri kita dengan beliau termasuk sahabat Nabi lainnya. Penyakit kronis sebagian umat ini adalah selalu mencatut nama-nama sahabat Nabi, mencoba sejajar dengan mereka. Abu Bakar begini, Umar begitu, padahal sampai kapanpun, sungguh kita tidak akan sebanding dengan mereka. Mereka adalah kaum yang berjumpa dengan rasul, berjuang bersama rasul, dijamin surga, lantas kita ini siapa mau menyamaratakan diri dengan mereka?

Maka, kaidah paling amannya adalah gunakan saja diatas mata kaki. Tidak perlu malu. Dan kenapa mesti malu. Bukankah banyak orang yang memakai celana diatas lutut bahkan lebih keatas lagi, tetapi tidak malu? Cinta Rasulullah kan? Monggo buktikan :) Masa’ kita yang diatas mata kaki sedikit malu. Saat pertama memang agak malu, tetapi jika dibiasakan, inshaa Allah tidak akan malu lagi. 

Terakhir, ketahuilah. Kenapa sih kita kalau memakai jas, memakai gaun, kita merasa gagah, keren, cantik, anggun, dsb? Karena kita terjebak oleh opini kebanyakan orang yang bilang jas/gaun itu keren. Coba saja kalau kebanyakan opini orang tidak pake baju itu keren, maka sungguh tidak ada orang akan pake jas/gaun. 

Maka ketahuilah wahai ukhtifillah & akhifillah, buat apa kita keren dihadapan seluruh manusia, jika kita tidak keren dihadapan Allah. Lebih baik mempesona dihadapan Allah, meski hina dimata manusia, daripada mempesona dihadapan manusia, tetapi sungguh hina dihadapan Allah.

“Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan tawadhu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan ia disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.” (HR. Tirmidzi no. 2481 dan Ahmad 3: 439. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) 

Berilmu dulu, kemudian beramal. YukNgaji! 

Wallahu a'lam. 

Comments