Aku ingin menemukanmu dalam keadaan jujur. Semua hal, baik itu tulisanmu yang terbaca, prasangkamu yang tersirat, dan akhlakmu yang terpancar. Sebab lewat itu semua, aku menjadi kenal denganmu.
Di saat jaman sudah penuh dengan mereka yang bertopeng warna-warni, aku hanya ingin menemukanmu dalam topengmu sendiri. Dirimu yang sebenarnya. Tidak ada warna yang norak, karena itu tak cocok denganmu. Atau pun warna yang kusam, karena kamu sebenarnya lebih cerah. Jujur saja, agar kita bisa saling mencocokkan warna yang ada.
Apa bagimu bersikap jujur begitu mengkhawatirkan? Ketika mereka lebih senang dengan kabar palsu menggembirakan atau sosok sempurna yang terkesan hebat semuanya. Jujur saja, aku tahu kita tak ada yang sempurna. Kurangmu, kurangku, adalah hal-hal wajar yang akan saling membuat kita sama-sama belajar. Jujur sajalah, meski manusia tak sekalipun mengalihkan pandang, namun Allah sedang memperhatikan.
Bagiku, kejujuran adalah akhlak yang mulia dan akan dimiliki mereka yang mulia. Mereka yang jujur pada Tuhannya, dirinya sendiri, dan semua orang disekitarnya. Tak ingin berdusta meski punya kesempatan. Jujur saja, agar aku mengenalimu sebagai umat yang meneladani Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam. Memang kamu tak akan bisa sepadan dengannya, tapi sikap jujurmu membuatku tahu bahwa kita sebenarnya sama. Kita adalah umatnya yang sedang berusaha meneladani Beliau dalam segala langkah.
Barangkali, jujurlah dengan bijaksana. Ketika berbohong dalam kebaikan diperbolehkan, maka lakukanlah. Ketika berbohong untuk mendamaikan mereka yang bertikai, maka amalkanlah.
Mungkin aku ingin menemukanmu dalam keseharian yang jujur. Pada Tuhanmu, kamu jujur atas tiap niat dan tiap salah. Pada dirimu, kamu jujur atas tiap kata, langkah, dan cerita. Pada mereka, kamu jujur atas dirimu dan tak berdusta meski bisa.
Aku kira, aku harus bertemu dengan sosok yang jujur. Bukan hanya mempermudah tiap langkah tuk saling mengenal, juga agar barakah senantiasa di dalamnya. Sebab setiap tulisan yang kutoreh, aku ingin kamu percaya bahwa aku pun (berusaha) jujur. Meski ada kesempatan untuk menipu banyak mata, tapi apa daya? Bukannya aku hanya manusia yang tiap tindaknya akan ditanya dan tiap amalnya diminta pertanggung-jawaban?
Barangkali menemukan sosok yang jujur itu sulit sekali. Sebab menipu sudah membiasa. Tapi, aku yakin. Kejujuran akan menarik sesamanya. Energi kejujuran akan bertemu balasan energi yang sama. Tak ada yang sulit, selama percaya bahwa ia ada-selama aku tetap dalam energi kejujuran yang sama.
Baiklah, mari jujur-jujuran. Supaya kita benar-benar saling menemukan dan bersama dalam tujuan.
Comments
Post a Comment