Skip to main content

Fitrah dan Fitnah

Saya tidak bisa menyalahi fitrah, karena ia turun langsung dari tangan Yang Maha Kuasa. Tapi, saya sadar ketika saya sudah mengenyampingkan rasa suka ini menjadi fitnah, maka hancurlah saya.
Fitrah dan fitnah tidak akan pernah berteman baik karena keduanya adalah sesuatu yang bertolak belakang.
Rasa suka itu fitrah. Namun, bagaimana ia tetap fitrah adalah tanggung jawab kita pada diri sendiri dan amanah dari Allah untuk tetap kita pertahankan secara fitrahnya, sesuai dengan yang Allah suka.

Mungkin kita akan diam ketika rasa suka itu menjalari perasaan. Bukankah itu yang seharusnya kita lakukan? Tidak mengumbarnya, atau malah menginginkan dia menyukai kita juga. Bukankah itu hampir menjurus ke fitnah?
Fitrah yang melenceng kepada fitnah, bentuknya juga bisa berupa, 'setiap saat kalian panjatkan doa untuknya. Kau berkata bahwa kau menyerahkan perasaan ini sepenuhnya kepada Allah, namun kenyataannya, kau mengkhianati kata-kata itu dengan kau mengingatnya sepanjang hari. Hingga kau lupa kepada Allah.'
Seharusnya, jika benar kau anggap perasaanmu sebagai fitrah, maka hentikan tindakan bodoh yang semakin membuatmu jauh dari Allah. Yang membuatmu berangan-angan, padahal 99,99% kemungkinan lain akan terjadi.

Sebutlah dia sesekali dalam doamu, jika memang karena Allah. Sebutlah, sebutlah saja terus. Hingga tak ada lagi ruang untuk kau sebut namanya di luar doamu. Hingga tak ada lagi ruang untuk kau memunculkan wajahnya dalam benakmu. Karena telah habis, kau tumpah ruahkan nama dan bayangannya dalam doamu. Sungguh, lebih baik kau sebut dan hadirkan dia dalam doa daripada dia mengontrol setiap hati, gerak-gerik serta pikiranmu.
Semoga kita semakin mengerti, apa itu fitrah dan apa itu fitnah. 

Wallahu a'lam.

Comments