Skip to main content

Ujian Istiqamah

Bahwa benar adanya, Allah akan menguji seorang hamba pada titik terlemahnya. Baru saja keputusan membulat, sudah dibuat-Nya kembali acak-acak. Keyakinan atas suatu hal menjadi semacam badai yang harus dihadapi seorang pelaut handal. Semacam petualang yang bersiap menghadapi rimba.

"Jangan main-main", Kata-Nya.

Bahwa sikap bukanlah wujud dari bahasa lisan, tapi ialah amal perbuatan. Bahwa komitmen pada diri sendiri tidaklah bersifat permanen tapi temporal. Bahwa perjanjian dengan Allah adalah tentang berniaga dan berkorban.

Apalah arti kata cukup dan selamat tinggal saat tamu tak diundang kembali datang tanpa undangan. Berlenggang. Tidak peduli bahwa ada orang lain yang sedang berusaha mencari alasan untuk tidak membuka pagar. Pagar itu terus diretasnya, hingga sampailah ia di pintu depan. Mengetuk, dan mengetuk.

Langkah berhenti tepat dihadapannya. Berbatas pintu kayu berwarna hitam. Ada yang aku tunggu. Tapi bukan dirinya atau manusia. Bukan sama sekali.

"Jika hendak bertamu, mengapa tak ucapkan salam?", Batinku.

Aku berbalik. Mengabaikan. Meyakinkan kembali bahwa ia tak lain hanyalah sebentuk ujian.

Comments