Skip to main content

Menilai Kadar Iman

Ada orang yang ‘kelihatannya’ tak pernah berdosa dan dekat dengan Tuhan, namun dalam hatinya penuh dengan ketidak-tulusan dalam setiap pendekatan kepada-Nya. Raganya memang bersujud, namun siapa yang tau apa yang ada dalam pikirannya ketika ia sujud? Apakah dimaknai dengan memuji kesucian Tuhan, atau sekedar rukun ibadah belaka?

Ada orang yang ‘kelihatannya’ pendosa dan jauh dari Tuhan, namun dalam hatinya tak henti menyebut nama-Nya pagi,sore,siang,malam dengan bahasa kerinduan yang amat mendalam. Baginya tak ada perjumpaan yang lebih indah dibandingkan perjumpaan dengan Rabbnya. Rabb tempat ia mengadu, berkeluh kesah, berpasrah, dan kembali.

Cukuplah itu menjadi urusan Yang Maha Tau. Tapi terkadang manusia memang sok tau. Seringkali menilai kadar iman seseorang dari apa yang terlihat. Padahal itu bukan kewenangannya. Iman tersimpan rapat dalam hati, dan tak satupun manusia dapat mengetahui selain Dia. Bahkan kita pun tak bisa mengukur iman kita sendiri. Hanya Allah-lah yang dapat menilai kadar iman kita.

Mungkin sudah saatnya kita belajar untuk tidak berbangga hati atas banyaknya amal dan ibadah yang telah kita persembahkan dijalan Tuhan, karena sesungguhnya yang Dia nilai bukanlah kuantitas, melainkan kualitas. Dan amal yang berkualitas adalah amal yang disertai dengan niat yang tulus.

Dan cegahlah diri kita agar tak sampai merendahkan orang lain atas sedikitnya amal yang telah ia perbuat, karena sekecil apapun amal itu, bila dilakukan dengan tulus, maka tak ada yang bisa menafikkan bahwa pintu surga terbuka lebar untuknya.

Tetaplah berlomba-lomba dalam kebaikan, kebaikan yang disertai dengan ketulusan.

Comments