Skip to main content

Kambing Hitam

"Sometimes, people with the worst past have a better future. Because every righteous person has a past and every sinner has a future."
Manusia, konon kabarnya begitu sering meng-kambing hitam-kan masa lalu. Mereka mencoba pergi sejauh-jauh arah darinya, melupakannya dengan segala macam cara, bahkan ada pula yang hendak mengubur sedalam-dalamnya agar tak lagi ingat. Move on, katanya.

Tapi sadarkah kita jika begitu banyak pula kisah masa lalu yang justru menjadi “kambing putih”, dimana sebuah premis negatif ditegakkan bahwa “Mereka yang sekarang tidak lebih baik daripada mereka yang dahulu. Mereka telah berubah.” Bukankah terdengar mengecewakan?

Masa lalu tidaklah selalu nestapa, meskipun masa depan akan selamanya menjadi misteri. Mantan tidak selamanya berkonotasi negatif, seperti halnya kandidat yang juga tidak selalu berarti calon punggawa. Sudah pula jamak diperdengarkan oleh media tentang kisah-kisah para mantan. Mantan pengguna narkoba, mantan narapidana, mantan kekasih(?), mantan preman, mantan jambret, mantan copet, mantan tukang santet. Apalagi yang ketinggalan? Oh iya, mantan Muslim. Ada juga, kan? Ada.
    "Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan sebagai muslim.” [QS. Ali Imran: 102]
Masa lalu tidaklah selamanya nestapa dan berbuah masa depan suram. Sebab sedzalim-dzalim Fir’aun, sesungguhnya Allah pernah mengharapkannya kembali ke jalan yang benar, meski tak lepas dari kuasa-Nya, ternyata Fir’aun lebih memilih menetapi angkara. Sebab pula kepada penduduk Tha’if yang melempari tubuh Rasulullah dengan batu, beliau tetap menolak tawaran malaikat untuk menimpakan pada mereka dua bukit sebagai azab. "Jangan! Sebab aku masih berharap dari tulang rusuk mereka nantinya lahir generasi yang hanya menyembah Allah semata." Betapa besarnya harapan Rasulullah ketika itu.

Maka benar saja, atas izin Allah, lahirlah seorang Khalid, sang pedang Allah dari tulang rusuk Walid. Lahirlah pula Ikrimah, generasi Abu Jahal, yang namanya telah mengharum abadi sebagai salah seorang syuhada perang Yarmuk.

Masa lalu tidaklah selamanya nestapa, meski benar bahwa ialah yang tertunjuk membentuk karakter dan perspektif seseorang di masa kini. Bagaimana perangainya, kesukaannya, hal-hal yang dibencinya, pola pikirnya, kepribadiannya, akhlaknya, bahkan akidahnya, adalah sederet variabel yang terbentuk oleh adanya proses tempa yang tidak pernah instan. Namun selamanya, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Bahkan, sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, bahkan kadang hanya dalam sehari, entah sesuatu itu di masa lalu, atau saat ini, ia bisa mengubah keseluruhan jalan hidup seseorang. People said, time flies and changes so many thing.

Masa lalu tidak perlu selalu ditunjuk secara sepihak sebagai kambing hitam dan momok yang ditakuti. Masa lalu tidak selamanya seperti vampir yang dihadang bawang, hujan yang ditadah payung, atau antigen yang diagresi antibodi. Tidak sedikit masa lalu yang justru lebih rupawan daripada masa kini. Oleh sebab itu Allah mengabadikan kisah-kisah generasi gemilang terdahulu.

Begitu mudah bagi Allah menjungkirbalikkan hati seseorang sekian derajat. Hidayah memang berada di tangan Allah. Allah juga Maha Tahu siapa diantara kita yang mau. Hidayah memang tergantung di celah langit-langit semesta, tetapi ia tidak serta merta jatuh begitu saja. Hanya merekalah yang bersungguh-sungguh mencari yang akan ditunjukkan-Nya jalan-jalan cahaya itu.

Mungkin, kita perlu lebih sedikit cemas jikalau hari ini kita yang secara kasat mata tampak baik-baik saja, tetapi hakikatnya pelan-pelan tergelincir, limbung, dan seketika berubah haluan, berbelok arah. Ketahuilah bahwa kita benar-benar tiada daya tanpa pertolongan-Nya.

Wallahu a'alam.

Comments